Manusia adalah bhineka, tetapi
tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena
jasmani dan rohani merupakan satu barang
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Semula saya merasa aneh dengan komunitas ini. Suka
ngomongin Islam, tetapi penjelasan Islam yang berbeda dengan yang pernah saya
dengar dari guru ngaji di kampong waktu kecil. Tidak hanya itu, metode
penyampaiannyapun berbeda dan terasa asing. Salah contohnya adalah penjelasan
tentang Islam itu sendiri, dimana di komunitas ini menerangkan bahwa Islam
adalah agama yang utuh atau dalam bahasa Arab yang sering diucapkan di
komunitas ini adalah Syamil. Komunitas ini meyakini bahwa Islam itu bicara soal
ekonomi, syariah, pendidikan, keuangan termasuk politik.
Betul-betul asing di telinga saya ketika awal
mendengar penyampain dari salah seorang ustad. Apalagi kalau sudah bercerita
tentang kisah-kisah Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Dalam urusan tata karma,
busana dan perilakunya pun komunitas ini terlihat aneh. Inilah komunitas
Halaqoh yang menurut cerita mulai bergerak sekitar tahun 80-an. Dan yang lebih
membuat saya bingung ketika itu adalah cara mereka menyambungkan dua insan
lawan jenis untuk berjodoh. Suatu ketika saya diminta menemani seorang teman untuk
bersilaturahim ke rumah seseorang wanita atau biasa dipanggil dengan sebutan
akhwat.
Prosesnya begitu sederhana, tidak seribet adat Jawa
yang pernah saya lihat di kampung semasa kecil. Calon mempelai wanita harus
membawa sejumlah barang untuk lamaran. Mulai dari lemari, kasur, peralatan
dapur sampai makanan dengan aneka ragam. Betul-betul membuat laki-laki yang
ingin menikah ngeper karena tidak
memiliki modal yang cukup untuk melamar gadis meskipun keinginan menikah sudah
kuat. Inilah mungkin salah satu yang menyebabkan banyak terjadi MBA (Married By Accident), karena begitu
mahalnya biaya menikah. Barang-barang yang dibawa saat lamaran tersebut belum
termasuk biaya saat menggelar resepsi dan biaya pengurusan administrasi di
instansi terkait. Betul-betul menguras dompet dan bikin stress. Banyak kasus
akhirnya laki-laki memaksakan untuk utang kesana kemari hanya untuk memenuhi
barang itu. Hasilnya, usai menikah mereka disibukan dengan utang yang jatuh
tempo. Benar-benar stress kan ?
Pasangan baru sudah mikirin utang.
Kembali pada kisah temanku tadi. Sore hari sekira
pukul 16.00 WIB, saya dan teman ditemani seorang ustadpun sampai di rumah
Akhawat dan singkatnya proses lamaranpun berakhir dengan diterimanya lamaran
temanku tadi. Proses super cepat dan membuat orangtua temanku heran dan kaget.
“Ga tahu pacarannya kapan, ke rumah
juga ga pernah bawa cewe. Ini
tiba-tiba menyampaikan pesan bahwa tanggal sekian mau menikah dan minta
doanya,” kata sang Ayah temanku dengan heran kepada saya. Alhamdulillah, sampai sekarang mereka rukun dan masih
bersatu dalam ikatan Halaqoh. Yah, halaqoh sebuah komunitas baru yang jauh dari
hura-hura. Ada
lagi cerita perjodohan di komunitas ini yang super cepat. Jadi, awal proses
minta lamaran dengan orangtua si Akhawat hanya melalui telepon dan baru disusul
dengan kopi darat. Tidak disangka orangtua Akhawat pun seperti mendapat
pengarahan dari Allah SWT sehingga bisa langsung mengiyakan proses lamaran
tersebut. Padahal, suku orangtua Akhawat adalah Jawa. Yang saya tahu, adat Jawa
sedikit rumit karena urusan tata karma biasanya menjadi hal yang pokok, melebih
persyaratan yang seharusnya dilakukan.
Halaqoh, sebuah komunitas yang sering disebut
komunitas melingkar ini ternyata mampu mengubah mainstream seseorang sehingga
terlihat “aneh”. Mengubah cara pandang terhadap Islam, mengubah cara pandang
terhadap keluarga, mengubah cara pandang terhadap politik, mengubah cara
pandang terhadap makna kehidupan. Sebuah perubahan yang radikal dan penuh
dengan sarat makna. Komunitas adalah kelompok organisme (orang
dsb) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu. Umumnya
mereka memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Manusi yang menurut
Nicolaus D adalah bhineka, tetapi tunggal ini memang membutuhkan ikatan
kelompok dalam komunitas sehingga ide, pemikiran dan akutalisasinya tersalurkan
dengan sistematis.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !