Headlines News :
Home » » Di Halaqoh, Eh Ketemu Jodoh

Di Halaqoh, Eh Ketemu Jodoh

Written By Unknown on Senin, 01 April 2013 | 19.56


Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA

Semula saya merasa aneh dengan komunitas ini. Suka ngomongin Islam, tetapi penjelasan Islam yang berbeda dengan yang pernah saya dengar dari guru ngaji di kampong waktu kecil. Tidak hanya itu, metode penyampaiannyapun berbeda dan terasa asing. Salah contohnya adalah penjelasan tentang Islam itu sendiri, dimana di komunitas ini menerangkan bahwa Islam adalah agama yang utuh atau dalam bahasa Arab yang sering diucapkan di komunitas ini adalah Syamil. Komunitas ini meyakini bahwa Islam itu bicara soal ekonomi, syariah, pendidikan, keuangan termasuk politik.
Betul-betul asing di telinga saya ketika awal mendengar penyampain dari salah seorang ustad. Apalagi kalau sudah bercerita tentang kisah-kisah Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Dalam urusan tata karma, busana dan perilakunya pun komunitas ini terlihat aneh. Inilah komunitas Halaqoh yang menurut cerita mulai bergerak sekitar tahun 80-an. Dan yang lebih membuat saya bingung ketika itu adalah cara mereka menyambungkan dua insan lawan jenis untuk berjodoh. Suatu ketika saya diminta menemani seorang teman untuk bersilaturahim ke rumah seseorang wanita atau biasa dipanggil dengan sebutan akhwat.
Prosesnya begitu sederhana, tidak seribet adat Jawa yang pernah saya lihat di kampung semasa kecil. Calon mempelai wanita harus membawa sejumlah barang untuk lamaran. Mulai dari lemari, kasur, peralatan dapur sampai makanan dengan aneka ragam. Betul-betul membuat laki-laki yang ingin menikah ngeper karena tidak memiliki modal yang cukup untuk melamar gadis meskipun keinginan menikah sudah kuat. Inilah mungkin salah satu yang menyebabkan banyak terjadi MBA (Married By Accident), karena begitu mahalnya biaya menikah. Barang-barang yang dibawa saat lamaran tersebut belum termasuk biaya saat menggelar resepsi dan biaya pengurusan administrasi di instansi terkait. Betul-betul menguras dompet dan bikin stress. Banyak kasus akhirnya laki-laki memaksakan untuk utang kesana kemari hanya untuk memenuhi barang itu. Hasilnya, usai menikah mereka disibukan dengan utang yang jatuh tempo. Benar-benar stress kan? Pasangan baru sudah mikirin utang.
Kembali pada kisah temanku tadi. Sore hari sekira pukul 16.00 WIB, saya dan teman ditemani seorang ustadpun sampai di rumah Akhawat dan singkatnya proses lamaranpun berakhir dengan diterimanya lamaran temanku tadi. Proses super cepat dan membuat orangtua temanku heran dan kaget. “Ga tahu pacarannya kapan, ke rumah juga ga pernah bawa cewe. Ini tiba-tiba menyampaikan pesan bahwa tanggal sekian mau menikah dan minta doanya,” kata sang Ayah temanku dengan heran kepada saya. Alhamdulillah,  sampai sekarang mereka rukun dan masih bersatu dalam ikatan Halaqoh. Yah, halaqoh sebuah komunitas baru yang jauh dari hura-hura. Ada lagi cerita perjodohan di komunitas ini yang super cepat. Jadi, awal proses minta lamaran dengan orangtua si Akhawat hanya melalui telepon dan baru disusul dengan kopi darat. Tidak disangka orangtua Akhawat pun seperti mendapat pengarahan dari Allah SWT sehingga bisa langsung mengiyakan proses lamaran tersebut. Padahal, suku orangtua Akhawat adalah Jawa. Yang saya tahu, adat Jawa sedikit rumit karena urusan tata karma biasanya menjadi hal yang pokok, melebih persyaratan yang seharusnya dilakukan.
Halaqoh, sebuah komunitas yang sering disebut komunitas melingkar ini ternyata mampu mengubah mainstream seseorang sehingga terlihat “aneh”. Mengubah cara pandang terhadap Islam, mengubah cara pandang terhadap keluarga, mengubah cara pandang terhadap politik, mengubah cara pandang terhadap makna kehidupan. Sebuah perubahan yang radikal dan penuh dengan sarat makna. Komunitas adalah kelompok organisme (orang dsb) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu. Umumnya mereka memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Manusi yang menurut Nicolaus D adalah bhineka, tetapi tunggal ini memang membutuhkan ikatan kelompok dalam komunitas sehingga ide, pemikiran dan akutalisasinya tersalurkan dengan sistematis.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Murniawati,S.Si - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template